Kamis, 31 Desember 2015

KAMAR KOSONG, Redd Joan

KAMAR KOSONG
Peri angin jongkok berdiri
Ketuk pintu menahan sakit perut
Padahal kamar isinya kosong
Lubang-lubang kerutkan dahi
Pikir pagi main mahjong
Tunggu siang sibuk jaring langit
Turun malam pesta arak
Jadi,
Kapan mabuk?
Jelang pagi sepi meraung-raung
Persis kematian dekat jakun
Pintu berderit tangis terjepit
Melihat peri perih bicara pada sakit
Jadi,
Kapan sembuh?
Obat berpikir sebuah kapal pesiar
Bau laut mengawini mercusuar
Tetap saja kamar penuh kosong
Tanpa tubuh tubuh bicara
Ini adalah sendiri yang berpesta
Bergantungan penuh,
Mainan lonceng tak saling kenal
Nama-nama bisu bicara bahasa batin
Bentuk bulan bendera-bendera
tanggalan karun simpan
lagu lama pada janji tua
RJ_ 161215

Belum Sudah, Ghee Wirawan II

Belum Sudah
belum adalah sebelum sudah
tetapi belum tentu memang belum
belum-belum sudah merasa belum
belum lagi kalau ternyata belum
sudah belum dibilang belum?
ah, belum sudah tidak masalah
sudah itu setelah belum
sudah tentu memang sudah
sudah, sudah, jangan ributkan belum
sudah pasti akan sudah
belum sudah dibilang sudah?
aha, sudah belum tidak masalah
Pontianak, Desember 2013.

TAHUN BARU, Muhammad Lefand

TAHUN BARU
meski yang baru adalah kalendernya
meski yang baru adalah hitungannya
peringatannya sangat aneh
kutahu terompet digunakan malaikat Isrofil
sebagai tanda akan kiamat
kulihat setiap peringatan tahun baru
orang-orang meniup terompet
apakah akhir tahun adalah kiamat
apakah awal tahun adalah kehidupan kembali
kupaham aku sendiri tak mengerti
semoga terompet yang dibunyikan
bukan simbol meminta kiamat
selamat tahun bertambah satu angka
selamat tahun yang katanya tahun baru
Jember, 12 Desember 2015

NYAMPAH, YUK ,Samsuni Sarman


NYAMPAH, YUK

pagi yang mendung di awal desember
kutemui seonggok sampah dalam kritik super ego
diurainya bagai struktur bahan kimiawi
yang memilah antara unsur dan makna
lantas terwujud kesempurnaan rupa
namun kehilangan nurani dan moralitas
sampah itu, katanya melimpah
siang yang benderang di akhir desember
kutemui sebaris kata dalam puisi yang bernas
kusimpan selarik kisah dalam prosa yang cerah
lahir dari coretan resepsi sastra
kritik yang lepas dari stilistika dan semiotika
namun nyaman dibaca, padahal sampah juga
karena ada tawar-menawar diksi
tak lebih sehibar ungkapan kabar berita
tanpa esensi aksi dan reaksi
usai lindap senja pada mentari desember
kunikmati seloroh sastra dalam kritik formulisme
mencibir tradisi dengan idiom puisi tak bertuan
dan menuhankan kebaruan dialektika tekstual
kincir angin yang dibangun pada pegunungan
menebar rasuah di setiap hembusan
bercinta dengan sebatang gandum ranum
hingga bulir padi sunyi menepi rasa
sampah pun tak henti menyusun kata
dan terus menghilir arus sampai muara
tempat berlabuh suka
banjarmasin 31/12/2015

PERTANYAAN MALAM, Riswo Mulyadi

PERTANYAAN MALAM

sudah berapa lama kau bergumul dengan waktu
berapa kali kau memanggilnya datang
berapa banyak yang benar-benar engkau nikmati?
aku merasakan pergantian begitu cepat
belum juga kunikmati, ia keburu pergi
belum juga kurasakan manisnya bercinta
kau sudah berlalu
entah berapa kecupan yang kau berikan
kaupun meninggalkanku
aku tak mau memanggilmu
kubiarkan kau datang dan pergi sesukamu
karena aku hanya ingin menitip salam saja
untuk kekasihku
01 Januari 2016

Selasa, 29 Desember 2015

ANAK LADANG BERKAKI BAMBU, Riswo Mulyadi

ANAK LADANG BERKAKI BAMBU

di atas egrang membangun kaki-kaki tegar
berotot tali bambu dan rotan
ia menuruni bukit
mengejar huruf dan angka pada lembaran buku yang tak mampu ia beli
bangku sekolah yang terbuat dari kayu yang tumbuh di sisi rumahnya
hampir tak mampu ia duduki
kadang ia meluncur di atas upih menuruni bukit
berburu sajak perih di halaman sekolah
bukan ia tak mampu menghitung rupiah yang berbaris dalam lembar kertas yang ia terima dari kantor sekolahnya
ia hanya tak mampu menggenggam lembar-lembarnya
anak ladang berkaki bambu tetap ingin berlari mengejar mimpi
di antara dua bukit, 28 Desember 2015

PERSATUAN SEPAK SIKUT, Yuditeha

PERSATUAN SEPAK SIKUT

pelajaran pertama aku harus kalah
sebab tanpa kekalahan
tak pernah aku mendapatkan memar di sekujur tubuh
pelajaran kedua aku harus berpenampilan buruk
sebab tanpa keburukan
tak pernah aku mengerti tentang kesucian diri

KERETA BAYI, Nana Sastrawan

KERETA BAYI
Ada kereta bayi melenggang sendirian di jalan lalu kereta bayi jatuh ke sungai
tangisnya membangunkan malam
semua orang berlari keluar rumah
dia tenggelam
siapa pemiliknya?
setelah peristiwa mencekam itu
sering terdengar bayi menangis
dari semak-semak
tubuhnya kuyup diguyur hujan
ada bayi menjerit-jerit dari selokan
wajahnya merah dikerumuni nyamuk
ada bayi meronta-ronta di dalam kardus
masih basah darah
setiap menjelang pagi
orang-orang bergegas
membawa bayi-bayi itu
untuk diperbincangkan di televisi.

Denis Hilmawati : KERAJAAN PISANG


Denis Hilmawati

KERAJAAN PISANG

di kerajaan pisang raja
tidak ada paksaan
untuk tunduk kepada raja
karena ada pisang tanduk|
yang akan melindungi raja
pisang raja
mendukung rakyatnya
untuk tampil semanis mungkin
dan semulus mungkin
pisang raja tidak akan
komplain pada rakyatnya
yang suka sembunyi
di celana
mana kala senja tiba
Solo, 29 Desember 2015
denis.

SEHELAI KAPAS Arya Setra

SEHELAI KAPAS
aku hanyalah sehelai kapas
yang lepas dari tangkai nya
terbang terbawa angin
meliuk liuk,,melambai lambai
aku tak tau arahku kemana
yang aku tau,, kemana arah angin pergi
kesitulah aku berada
utara,,selatan,,barat ataupun timur.
ketika hujan badai datang
diriku lunglai, basah dan tak berdaya apa-apa
karena aku hanyalah kapas....
aku hanyalah sehelai kapas
yang suatu saat bisa menjadi benang
menjadi kain,,,,,dan menjadi pakaian
yang bisa menutupi aurat mu
dari rasa malu harga diri mu
aku sehelai kapas dibajumu
yg bisa menghalangi panas
dari terik mentari...
memberi kehangatan dari terpaan angin
dan basahnya air hujan
aku sehelai kapas atas pakaian mu
yang siap menjaga dan melindungi kulit mulus mu
dari segala luka
dari segala cerca serta hina....
aku sehelai kapas atas bantal mu
yang siap menghantar mimpi mimpi indah
menuju taman luas yang penuh bunga warna warni
serta aliran sungai yang mengalir menembus nadi-nadi
sulbi dalam hidup mu
aku sehelai kapas pakaian dan bantalmu
yang suatu saat siap di campakkan,, ketika aku
tidak bisa menjaga, melindungi dan
membawa mimpi-mimpi indah mu...
karena aku hanyalah sehelai kapas.....

MENGEJA SENJA Aberijlain Gomar Samsara

MENGEJA SENJA
Lihatlah padamu wahai hati
Warna jingga perlahan memudar
Ditelan laut dengan pasti
Kini, malam dengan lancang membuka cadar
Burung-burung bangau kembali ke sarang
Mempersiapkan diri merajut benang-benang mimpi
Luruslah wahai hati dan tenang
Merajut burai-burai waktu sebelum rimpi
Jepara, 291215

Sabtu, 26 Desember 2015

Muhammad Lefand

SALAM PANTAI SALAM LAUTAN
kini tiba waktunya
harimau dan srigala makan rumput
kini tiba masanya
kambing dan musang berdebat
kini tiba eranya
tikus dan buaya menjadi raja
kini tiba saatnya
bebek dan ayam jadi pujangga
kini Muhammad Lefand
waktunya intropeksi
masanya bersemedi
eranya percaya diri
saatnya menulis diri sendiri
salam pantai
pada puisi
salam lautan
pada diksi
salam pantai
kini tiba waktunya salam
salam lautan
kini tiba masanya salam
salam pantai lautan
kini tiba eranya salam
salam lautan pantai
kini tiba saatnya salam
Muhammad Lefand
memberi salam pada langit dan bumi
semoga semoga dan semoga
Jember, 25-12-2015

Muhammad Lefand

SAYEMBARA MANUSKRIP PUISI
pengumuman
bahwasanya sayembara manuskrip puisi
akan segera diadakan oleh Muhammad Lefand
di dalam mimpi
tanpa dewan juri
tanpa panitia
siapa yang bermimpi menjadi pemenangnya
dialah pemenangnya
harap maklum
keputusan boleh diganggu gugat
tapi tidak boleh mengganggu orang tidur
salam semoga
Jember, 25-12-2015

DUA EKOR KUCING Suyitno Ethex

DUA EKOR KUCING
di dalam rumah tanpa sorot lampu
enak-enak menikmati lamunan
meongggggggggggg
tersentak aku, buyar lamunanku
aku buka pintu, dua ekor kucing berhadap-hadapan
aku biarkan, aku perhatikan
kayaknya kucing jantan dan kucing betina
dari gerak geriknya memberi tanda
meonggggggggg
plek tumplek bergumul merangkul
dua ekor kucing sedang berkawin
gerak geriknya tak amburadul
nampak jelas nafasnya saling memburu
mau aku hamtam sandal biar berlalu
tapi sayang dan kasihan nanti terganggu
maka kututup lagi pintu
membiarkan dua ekor kucing memuaskan nafsu
mjk. 25/12/2015

AIRMATA PERTAMA Ribut Achwandi

AIRMATA PERTAMA
aku rindu tangisan pertamaku
tetapi aku lupa tangisan itu
ibu tak pernah menyimpan
airmata itu untukku
bila aku menangis
ibu menyeka airmataku
mendendang nyanyian
menghentikan tangisanku
aku rindu tangisan pertamaku
setelah berpuluh tahun lamanya
aku kehilangan tangisan kejujuranku
memainkan ritmenya nada hingga suaranya
semua aku mainkan dalam lakon hidup
yang serba tertutupi dusta
aku rindu tangisan pertamaku
karena airmataku ini telah ternoda dusta
bercak-bercak kepura-puraan
telah merupa lendir
aku rindu tangisan pertamaku
ketika pagi menyambut hadirku
tiga puluh lima tahun silam
dan dosa belum ditorehkan
pada tetesan pertama airmataku
airmata bayi
Pekalongan, 26 Desember 2015

Aberijlain Gomar Samsara

TUN
Kubayangkan kita sepasang kunang-kunang
Mengertap dari daun ke daun lalu terbang
Menimbulkan takjub setiap mata memandang
Kita berkawin di alas malam dengan tenang
‪#‎Kwatrin‬
Jepara, 261215

Senin, 21 Desember 2015

KORUPSI, Wardjito Soeharso

KORUPSI
Presiden mbingungi
Menteri mbanyaki
Wakil Rakyat ngapusi
Gubernur nganyeli
Bupati kemaki
Walikota nggombali
Pegawai Negeri njelehi
Pengusaha nyogoki
Koran ngompori
Televisi nggilani
Rakyat setengah mati
Wis, lengkap negeri iki
Kabeh kuwi mergo siji
:KORUPSI
09.12.2015

KAU DATANG DI PAGI BUTA, Agustav Triono

KAU DATANG DI PAGI BUTA
Kau datang di pagi buta
Kau ketukketuk gubuk reyotku
Kau uluk salam senyum mengembang
Kau jabat hangat tanganku
Kau tatap penuh arti mata sayuku
Kau sapu pandang seluruh ruang gubuk kumuhku
Kau mengumbar janji menyulapnya jadi istana
Kau sungguh mulia
Kau tak lupa selipkan amplop bergambar wajahmu
Kau bisikkan pesan rahasia
Kau berpamitan lambaikan tangan
Kau mengesankan aku
Aku tahu awal mula jalanmu
Aku tak silap segala rayumu
Aku kan berpikir ulang memilihmu
Aku membaca matamu yang penuh pengharapan
Aku tak mau kau tiputipu lagi
Aku pun penuh duga kau menebar benih untuk raih yang lebih
Bukan aku tak yakin kali ini namun telah berulang kali bertahun kali kau terus mengalikan anggaran atas nama rakyat sedang nyatanya rakyat terus menderita begini.
9.12.2015

selvi, Sokanindya Pratiwi Wening

selvi
selvi, gadis kecil cantik jelita
kelas lima esde ibtidai'ah
menunggak uang sekolah
pun uang buku dari semester yang sudah
selvi makan sekali sehari
sebab bapaknya cuma pencari batu di kali
syukur kalau masih bisa makan nasi
bersama ibunya, si tabah, sunarsi
airmata selvi mengalir di pipi
bukan karena tahu kekayaannya dicuri
oleh orang-orang yang tak tahu diri
mengobral janji seperti orang suci....
selvi cuma satu diantara jutaan selvi lainnya
yang bingung jika berhitung
lima ratus miliar itu berapa
bahkan juga jika dibagi sejuta...!
Krueng Geukueh, 09/12/2015

ada bintang di langit,zaeni boli

ada bintang di langit
tapi di hatiku kaga
ada percik api di musim semi
tapi padam di telan malam
aku ingin melingkari tubuhku dengan pertanyaan
lalu mencelupkannya ke dalam teko
hai engkau
siapa namamu
siapa nama binatangmu
yang jinak boleh
yang liar jangan
adalah chairil yang jalang
bukan burung merak
apalagi komodo
oh pulau dewata
oh raja ampat
mengapa keindahan selalu tak terjamah
orang orang malas
ada teh hangat
di sore yang cerah
sebelum hujan
sambil menatapmu
warna pelangi datang lebih awal
lalu patah
seperti patahnya ranting kering
yang terinjak sepatu tentara
zaeni boli 2015

KRIWILAN DADI GROJOGAN, Denis Hilmawati

KRIWILAN DADI GROJOGAN
Mentas podo gegojegan
amrih ngusir hawa atis
saya suwe sansaya jero
olehe kurang waspada
nganti slenca
horotoyo
saiki gojegan
mundak dadi regejegan
pada tuding - tudingan
mata abang mbranang
lambe ngucap tembung kang
marahi kobong lan umub
mbok pada dilereni
anggone pada angon kanepson
sing menang dadi areng
sing kalah dadi awu
muspra tan guna
paseduluranmu
‪#‎sakarepmu‬
dh.09.12.2015.solo.

BERKHAYAL, Rini Garini Darsodo

BERKHAYAL
Andai aku seorang diplomat
aku punya berbagai argumen kuat
agar negara-negara damai bersahabat
realitasnya aku hanya seorang penjahat
membual dengan banyak kata muslihat
demi keuntungan pribadi berlipat-lipat
Andai aku seorang malaikat
mungkin pekerjaanku mencatat
tiap amal baik atau buruk berdasarkan niat
tapi nyatanya aku hanya insan fakir
hanya bisa membaca kata-kata yang terlahir
berdasarkan pengertian yang multitafsir
Andai aku terlahir sebagai sebuah puisi
serangkaian kata yang paling indah dan bermakna
di ranjangmulah kuukir tangis pertamaku
karena engkaulah yang paling pantas kupanggil:
ibu…, tempat aku bertumbuh dan merasa utuh..
***
Riga

SAHAM MINTA PAPA, Samsuni Sarman

SAHAM MINTA PAPA
kebusukan yang menjadi luar biasa
terlindung rindang beringin berakar rapuh
karena kuasa menjadi raja
dan terlahir dari Ibu bernama saham
kebiadaban menjadi rupa perkasa
tersenyum dalam pelukan pertemanan
karena si Budi tak punya papa
dan merengek minta singgasana
lantas lupa karena etika cuma kata berbusa
yang pantas untuk para durjana
di akhir usia membuncah rupa
ada mufakat dusta yang tersimpan gulita
hingga luas samudera tak bertepi pinta
karena zahirnya terselip dalam kerimbunan nista
ayo, siapa tak suka
maka berjanjilah tak punya etika
sampai receh di kolong meja tak tersisa
agar rakyat jelata tak lagi senyum bertanya
karena saham minta papa adalah nyata
dan kini berbuah suka diberi manja
lantas pongah merajalela
pat gulipat gelang sipatu gelang
jika dapat melipat pulang berbaju belang
gundul-gundul pacul ampar-ampar pisang
pukul kepala pacul disambar si burung elang
hum pilah hum pimpah
maklum kalah oknum pun berkilah
mesti banyak berpikir jika kebodohan menjadi tontonan
dan sejarah mencatat harta selalu menggoda iman
hingga kekuasaan dikejar bagai kesetanan
yang diharap adalah jembatan
namun yang dijumpa adalah titian kesempatan
hingga marwah dan kehormatan
hanya impian gelap kehidupan
sakarepmu.banjarmasin 20/12/2015

Jumat, 18 Desember 2015

Siyitno Ethexs :SARUNG

SARUNG

Dibuat dimana saja pantas tak ada yang menghina
Multiguna serba guna bahkan bisa dibuat selimut segala
Bila tak percaya praktekkan saja
Sarung, tak hanya digunakan waktu sholat saja
Tidur mendengkur pun juga memakai sarung
Gara-gara sarung aku dikira dari pondok pesantren ternama
Padahal ngajipun aku tak bisa
Sarung, memang memberi pelindung
Baik pelindung barang yang didalamnya
Juga pelindung anggapan dari seseoran

Muhammad Lefand KUTULIS PUISI INI DENGAN SERIUS

KUTULIS PUISI INI DENGAN SERIUS

kutulis puisi ini
untuk bakal calon istri
tentang kehidupan dan janji
ungkapan sederhana dari dalam hati
lebih mudah dimengerti dan juga dipahami
ibarat tulisan tangan yang ditulis dengan sangat rapi
sebagai persembahan agar jejak hidup bisa terbaca abadi
puisi ini kutulis dengan serius
urutan dan pilihan kata-katanya khusus
isyarat makna tersembunyi pada alamat kultus
sehingga hanya sang kekasih yang bisa membaca lurus
intim seperti rindu dan cumbu dalam sepi yang terus menerus
ini puisiku yang kesekian
namun sangat berbeda dalam kesan
ikatan diksi dan estetika sarat dengan keseriusan
dengan puisi
erat rindu pada calon istri
nyata pada setiap detak malam pagi
gairahkan segala musim menitip senyum hati
ada risalah tertulis dengan makna yang mudah ditafsiri
nama yang selama ini kucari dalam doa dan dzikir dalam sepi
setiap kata
eja rahasia mata
rasa yang begitu warna
ikhtiar dalam kehidupan nyata
ubah setiap airmata menjadi doa-doa
seperti puisi serius yang kutulis dengan cinta
Jember, 18-12-2015

Riswo Mulyadi : DO’AKU DI SAAT MALAM MENCEKAM

DO’AKU DI SAAT MALAM MENCEKAM

: setelah kubaca Surat al Falaq
langit malam gemuruh
aku berlindung kepada pemilik subuh
dari kejahatan penyuka gelap
atau para penggelap
yang menggelapkan siang dan malam
yang memanfaatkan malam gulita pada rencana jahat mereka
aku berlindung kepada pemilik subuh
dari rencana gelap para penjilat ludah
yang menggelapkan pikiran dan hati rakyat
dari janji-janji para penyihir
aku berlindung kepada pemilik subuh
dari kejahatan malam gulita
dari para pendengki atas kemakmuran negeri
aku berlindung kepada pemilik subuh
agar penyakit rakus segera sembuh
sehingga koruptor tak lagi membuat rakyat mengeluh
12122015

Gampang Prawoto :BERDIRI SEJAK 1998

BERDIRI SEJAK 1998
.
.
.Raja Diraja
Kalau di hutan, aku kenal dirimu
tak ada yang mengangkat
tak ada yang melantik
tak ada yang mewisuda
kau sebut dirimu si raja hutan
auumm ….. , heemm ………
penguasa rimba belantara
Disini ….., semua orang tahu
akulah penguasa tunggal negeri ini
penguasa tidak untuk dan untuk tidak diganti
aku penguasa belum mau diganti
penguasa tak mau diganti
Semua orang kan tahu, siapa aku …..
akulah penyelamat negeri ini dari tikus-tikus sawah
yang berusaha makan ketela pohon yang masih mentah
Suussttt!
semua orang kan tidak tahu
ketela itu ….. ketelaku sendiri
dan tikus-tikus itu ………
suusstt! ……..
betapa bodohnya kamu
Hebat!
raja semasa hidupku
hingga anak-anakku bercita-cita
kalu sudah besar nanti mau jadi raja,
Surabaya, 11031998
.
.

Dari Beranda Sakkarepmu :Sosiawan Leak DOA PELACUR SEBELUM SENJA

Sosiawan Leak
DOA PELACUR SEBELUM SENJA
gusti,
sebelum masa tua tiba
sebelum aku pensiun dari pekerjaanku yang hina
ijinkan aku meminta.
jangan khawatir jangan curiga
bukan pahala atau surga yang kumau
sebab ku tahu, tak pantas mendapatkannya
memikirkannya pun tak tega
apalagi mengucapkannya.
jangan heran apalagi berburuk sangka
bukan ingin menolak neraka, bebas dari siksa
karna memang ku pantas mendapatkannya
meski takut membayangkannya
apalagi merasakan pedihnya nanti.
gusti,
sebelum senja datang
sebelum hari berganti gelap
ijinkan aku berharap
lewat sisa doaku yang sia-sia
sebab tak ada yang bisa kujadikan tawar-menawar denganmu
selain hidup yang nista
maka kenistaan itu pula yang bakal kupinta.
gusti,
sebelum tiba masa tua
sebelum pensiun dari pekerjaan hina
ijinkan aku menjadi germo di mana saja
lempangkan jalanku untuk membuka pelacuran
di tempat-tempat yang semestinya!
ijinkan aku membuka usaha di kantor pemerintah dan sekolahan
di mana di sana sering tersembunyi perselingkuhan
atas dasar napsu kebinatangan
demi pangkat untuk meraih jabatan
(meski tak ada sk dan pelajaran tentang ‘praktek pelacuran’)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana pegawai dan pejabat
ijinkan aku punya piaraan di perusahaan-perusahaan
di mana di sana persaingan kerap berbekal uang dan wanita
sekretaris dan karyawan acap dijebak melakukan tugas ganda
sebagai pekerja, sekaligus pemuas birahi di sela kesibukan
(meski tak ada kontrak kerja bernama ‘proyek pelacuran’)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana pekerja dan pengusaha
ijinkan aku membuka praktek di rumah ibadah dan kelompok beragama
di mana di sana napsu setan pun diatasnamakan dirimu
selalu ada ayat dan firman yang jadi pembenaran
untuk melakukannya secara terang-terangan
(menyaingi tuntunanmu tentang pelacuran yang kelewat terang)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana umat dan ahli agama
ijinkan aku mempunyai fraksi di parlemen
di mana di sana pelacuran merajalela meski tak ada partainya
(tak ada satu partai pun bernama ‘partai pelacur indonesia’)
tapi anggotanya kerap lebih bejat perilakunya
mereka menjual diri, melebihi aku menjual diriku
mereka menjual kepentingan, melebihi aku menjual barangku
mereka menjual ideologi dan keyakinan, melebihi aku menjual dagingku
mereka menjual jabatan dan undang-undang, melebihi aku menjual kemaluanku
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana politikus dan wakil rakyat
gusti,
sebelum senja datang
sebelum hari berganti gelap
ijinkan aku berharap
untuk menjadi pembeda
agar jelas; mana setan, mana manusia
(aku rela menjadi nista agar selalu ada yang mulia!)
pelangi-mojosongo, solo
10 januari 2012

Rabu, 16 Desember 2015

Komentar Bambang Widiatmoko

Komentar Antologi:
Apa kata Bambang Widiatmoko
Ketika makna sakarepmu direpresentasikan melalu kata-kata, justru yang muncul adalah perlawanan dari makna sakarepmu dalam sajak-sajak di buku antologi puisi ini. Di balik keleluasaan dan kebebasan menulis sajak sakarepmu, muncul sajak-sajak dengan pengungkapan yang bebas tapi bertanggungjawab. Bertanggungjawab karena pada hakikatnya sajak adalah representasi dari berbagai pengalaman kehidupan penyairnya. Sakarepmu pada akhirnya menghadirkan kearifan budaya yang tersirat dalam makna kata sakarepmu yang sesungguhnya. Cerdas dan bermakna.
Bambang Widiatmoko, peneliti dan anggota Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Senin, 14 Desember 2015

Daftar Penulis Sakarepmu


Aan Jasudra (Lahat)
Agustav Triono (Banyumas)
Ali Syamsudin Arsi ( Banjarbaru)
Aloeth Pathi (Pati)
Anggi Putri (Surabaya)
Anggoro Suprapto, (Pati)
Arif Khilwa (Pati)
Ary Sastra(Tanjungpinang)
Buana K.S (Muara Bungo)
Budhi Setyawan (Bekasi)
Dasuki Kosim (Indramayu)
Denis Hilmawati T (Karanganyar)
Diah Natalia (Jakarta Timur)
Eddie MNS Soemanto (Padang)
Eri  Syofratmin (Muara Bungo)
Fernanda Rochman Ardhana
Fitrah Anugerah (Bekasi)
Fitriyanti (Indramayu)
Gampang Prawoto(Bojonegoro)
Gunta Wirawan (Singkawang Kalimantan Barat)
Harkoni Madura (Sampang)
Haryatiningsih (Indramayu)
Hasan Bisri BFC (Bogor)
Helmi Setyawan(Tegal)
Heru Mugiarso (Semarang)
Iis Sri Pebriyanti ( Indramayu)
Jen Kelana (Nganjuk)
Marsetio Hariadi (Surabaya)
Muhammad Lefand (Jember)
Nanang Suryadi (Serang)
Navys Ahmad  (Tangerang)
Novia Rika (Jakarta)
Nunung Noor El Niel ( Denpasar)
Nur Fajriyah (Indramayu)
Osratus ( Sorong)
Rg Bagus Warsono (Indramayu)
Rini Garini (Maalengka)
Riswo Mulyadi (Banyumas)
Riza Umami (Indramayu)
Samsuni Sarman (Banarmasin)
Sokanindya Pratiwi Wening (Medan)
Slamet Widodo (Solo)
Sunaryo JW (Tapanuli)
Sus S . Hardjono (Sragen)
Suyitno Ethex
Tonganni Mentia
Tutik Hariyati S (Indramayu)
Ustadji Pantja Wibiarsa (Purwrejo)
Wadie Maharief ( Yogyakarta)
Wahyu Hidayat
Wans Sabang (Bekasi)
Wardjito Soeharso(semarang)
Wirol Haurissa (Ambon)
Yuditeha (Solo)
Zaeni Boli (Bekasi)



Daftar Puisi Sakarepmu

Aan Jasudra : Antara Aku Atasan dan Bawahan
Agustav Triono: Kau Datang di Pagi Buta
Ali Syamsudin Arsi: Sungguh Benar-benar Sakarep
Aloeth Pathi: Aku Si Bujang
Anggi Putri: Barangkali Lupa
Anggoro Suprapto, Pahlawan Gembus (1)
Arif Khilwa: Senayan Beronani
Ary Sastra: Negeri Patpatgulipat
Buana K.S: Dunia Kentut
Budhi Setyawan: Menawar
Dasuki Kosim: Ada Google Traslate di Gedung DPR
Denis Hilmawati T : Perjalanan Panjang
Diah Natalia: Sederhana
Eddie MNS Soemanto: Sakarepmu
Eri  Syofratmin: Ulat Bulu
Fernanda Rochman Ardhana : Sajak Penutup
Fitrah Anugerah: Pada Celana Dalamku
Fitriyanti : Kesunyian
Gampang Prawoto: Sarijah Gadis Virtual
Gunta Wirawan: Surat Terbuka Untuk Asap
Harkoni Madura : Tilawah  Tanah  Air
Haryatiningsih: Rekaman Maling
Hasan Bisri BFC : Nenek, Nikita, dan Permen itu
Helmi Setyawan: Aku ini Guru
Heru Mugiarso : Apa Agamamu
Iis Sri Pebriyanti : Pagi Hari
Jen Kelana :Kuteriakkan Hujat
Marsetio Hariadi: Cinta Melulu
Muhammad Lefand: Matra Sang Preside  Bukan Penyair
Nanang Suryadi: Dongeng, Penyair Kok Mendongeng?
Navys Ahmad  :Negeri Parahdoks
Novia Rika: Puncak Cinta
Nunung Noor El Niel: Sampah
Nur Fajriyah : Punggung yang Pergi (Ayah)
Osratus: Sebungkus Protes Rebus (untuk diriku)
Rg Bagus Warsono: Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Rini Garini: Dongeng Sebelum Tidur
Riswo Mulyadi: Doa Seorang Guru  di  Hari  Guru
Riza Umami : Anugerah Tuhan
Samsuni Sarman: Percakapan di  Runway
Sokanindya Pratiwi Wening: Indonesia Sakit
Slamet Widodo : Republik Dagelan
Sunaryo JW: Sajak  Tong Kosong
Sus S . Hardjono: Candi
Suyitno Ethex: Telatah Mojopahit
Tonganni Mentia : Pedati Senin Pagi
Tutik Hariyati S: Siapa mau bicara pertama
Ustadji Pantja Wibiarsa :Pelangi Jatuh
Wahyu Hidayat :Kepada Mantan
Wadie Maharief: Guru
Wans Sabang :  Segeralah Ajal!
Wardjito Soeharso: Main Bermain
Wirol Haurissa: Tamu
 Yuditeha: Reshuffle Kebelet
Zaeni Boli :Tanggal yang Keliru

Hasan Bisri BFC

Hasan Bisri BFC lahir di Pekalongan, 1 Desember 1963. Menulis puisi, cerpen, esai, humor, wayang mbeling, geguritan, kritik film, dan skenario. Karya-karyanya dimuat di Republika, Surabaya Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Femina, Gadis, Berita Buana, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara Pembaruan. Koran Sindo, Solo Pos, Buletin Jejak, dll. Puisinya dimuat dalam 35 antologi, antara lain Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Saksi Bekasi (2015), Sang Peneroka (2015); Merangkai Damai (2015), Dari Negeri Poci 5: Negeri Abal-abal (2014); Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara II dan III (2015 dan 2014 ), Solo dalam Puisi (2014), From Cradle to Grave (2014), Jalan Cahaya (2014 ), Bogor dalam Komposisi (2013), Pertemuan Sastrawan Nusantara I, Tifa Nusantara (2013), antologi Dwibahasa Indonesia – Mandarin Pertemuan Persahabatan (2013 ); Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Akulah Musi (PPN V,2011), Beranda Senja (2010), Rumpun Kita (PPN III, 2009), Tanah Pilih ( TSI I, 2008 ). The 1st International Poetry Gathering (PPN I, 2007), antologi Dwibahasa Indonesia – Mandarin Resonansi (2000); Antologi Puisi Indonesia (1997), Trotoar (1996), antologi tunggalnya Jazirah Api terbit 2011. Puisi-puisinya dibacakan secara langsung di TPI/ MNCTV, Indosiar dan TV Edukasi. Sering diundang membacakan puisi dan diskusi di mancanegara antara lain di Rumah PENA dan GAPENA (Kuala Lumpur, 1999); Dialog Utara VIII di Thailand Selatan (1999), Hari Puisi Nasional XVI di Langkawi (2000); Hari Puisi Nasional XVII di Sarawak (2001); Kembara Budaya di Miri, Sibu, Kuching (2001); PPN IV di Brunei (2010). Sebagai pemakalah XI di Brunei (2001). Diundang oleh DKJ TIM di Tadarus Puisi untuk membacakan pusi-puisinya (2013 dan 2014 ), Dewan Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) ini kini juga aktif di Forum Sastra Bekasi (FSB). Penulis kini tinggal di Jl. Anggrek I Blok F2 nomor 2 - 3 Vila Nusa Indah, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor 17427


Hasan Bisri BFC Nenek, Nikita, dan Permen Itu

Hasan Bisri BFC

Nenek, Nikita, dan Permen Itu

bulan sabit di kolong langit
segerombolan perempuan terbirit-birit
dikejar-kejar polisi pamong praja
Hingga kehabisan sisa tenaga
pada cuaca setengah basah
mereka diangkut di atas truk
dari mulutnya keluar sumpah serapah
kesal dan kecewa karena kena garuk
tiba-tiba mereka tak bisa menahan tertawa
melihat nenek-nenek ikut terazia
si nenek bingung dibuatnya
“Kita mau dibawa kemana?” tanya nenek sambil ngamati
perempuan-perempuan bahenol dengan baju belahan dada terbuka
“Kita akan dikasih permen, Nek,? “ jawab salah satu perempuan sekenanya
Di tempat tujuan sudah ada antrean panjang
Mereka sedang didata petugas panti sosial
Ada juga Putry Reva, Miss Indonesia
tak ketinggalan artis Nikita yang sintal
Ketika Nenek ditanya , “Nenek kok ikut-ikutan?
Emang bisa apa?” petugas menahan tawa
Dengan serius Nenek berujar, “Kalau sekedar ngemut-ngemut aja sih Nenek bisa,” seketika seisi
ruangan tak bisa menahan tawa
Bogor, 11 Desember 2015

Slamet Widodo

Slamet Widodo Lahir. Solo, 29 febuari 1952
Pendidikan. SD Pangudi Luhur Purbayan Solo
SMP Bintang Laut Solo
SMA Santo Yosep Solo
Institut Teknologi Bandung (Arsitektur)
Pekerjaan Wiraswasta
Karya A Buku kumpulan Puisi
1 Potret Wajah Kita (Kumpulan puisi 2004)
2 Bernafas Dalam Resesi (Kumpulan puisi 2005)
3 Kentut (Kumpulan puisi 2006)
4 Selingkuh (Kumpulan puisi 2007)
5 Simpenan (Kumpulan puisi 2009)
6 Namaku Indonesia (Kumpulan puisi anak 2012)
7 Ijab Kibul (Kumpulan Puisi 2013)
Penghargaan
"Hutanku meratap" mendapat penghargaan
1. World Bank's Program on the social dimension
on Climate Change "Vulnerability exposes Micro
Docomentary film contest 2009
2 Asia Oceanea New Comer Award 2009
(Japan Wildlive Film Festival )
A Slamet Widodo tidak pernah belajar sastra tapi tak pernah berhenti menulis puisi
dan lirik lagu




Slamet Widodo : Republik Dagelan

Slamet Widodo :
Republik Dagelan

Tersebutlah di Republik Dagelan
Dewan Perwakilan Rakyatnya Dagelan
seorang dengan rekam jejak yang kelam
bisa saja diangkat jadi ketua Dewan
ya .....namanya juga Republik Dagelan !
Ketua Dewan boleh menjual diri
manfaatkan jabatan tuk kepentingan diri
pelaku kejahatan dilindungi
pelapor kejahatan dihakimi
dituntut pencemaran nama baik ....masuk bui
ya....namanya juga Republik Dagelan!
Mahkamah Kehormatan Dewan
menjadi Mahkamah Kehormatan Dagelan
badan yang tugasnya menjaga kehormatan
boleh kehilangan kehormatanya
bila ada yang menggangu kursi
urusan etika boleh dilanggar
selama membahayakan koalisi
MKD boleh kehilangan kehormatan
selama ada rente yang didapatkan
bahkan menjadi lontepun dihalalkan
ya ....namanya juga Republik Dagelan!
Yang Mulia ............
hamba saluut keberanian Paduka
melanggar etika dengan santun didepan mata
hamba saluud keberanian paduka
mempertontonkan opera sabun dengan telanjang
hamba saluud keberanian paduka
melecehkan rakyat dengan tegas lugas dan tega
Yang Mulia ........
hamba salud keberanian paduka
berani dimaki .... berani dikutuk
berani diludahi .... berani dibajing bajingkan
tak semua orang punya mental seperti paduka
bisa ceria menutup mata
bisa tenang menulikan telinga
bisa relax mengingkari hati nurani
bisa tertawa urat malunya putus
dan wajah paduka tidak berubah
kelihatan kalem dan biasa saja
Yang Mulia adalah makluk langka
seperti bukan manusia !
Jakarta,10 Desember 2015

Jen Kelana

Jen Kelana,Lahir di Nganjuk (Jatim), besar di Sumut dan Jambi. Menulis puisi, cerpen, feature, esai, artikel, dan karya ilimiah. Puisi dan cerpennya terangkum dalam antologi tunggal dan bersama. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa dan media digital. Hobby elektronik, hardware, software, komputer dan web develover di samping menekuni bidang matematika, statistika, dan penelitian pendidikan. Aktifitas sebagai pengajar di STKIP YPM Bangko.
Alamat  : STKIP YPM Bangko Jl. Talangkawo – Dusun Bangko
  Bangko – Merangin, Jambi  37314


Jen Kelana: Kuteriakkan Hujat

Jen Kelana
Kuteriakkan Hujat

Gombal mukiyo, tenan!
Otakku nyeri
hari-hari direcoki berita tipi
melilit mendera batok kepala
memaksa cerita-cerita kadal menyejarah
pada setiap inci: korupsi

Dancuk njaran, tenan!
Aku bahkan tak bisa
lena sekilas saja tanpa duka
slilit melilit serupa silit
terus saja menguntit sekujur jiwa
menghambur-hamburkan aroma petaka

Lantang kuteriakkan hujat
hingga karat sekarat meriwayat
lalu mantra-mantra purba memilin-milin
menjadi siksa
kukirimkan pada setiap jiwa
berdosa

Bangko, 9 Desember 2015
#HariAntiKorupsi_2015

Agustav Triono

Agustav Triono. Lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980. Alamat Perumahan Abdi Negara RT 06/RW 04. Jl.Kresna no.1 Bojanegara, Padamara, Purbalingga 53372. HP: 085647644746. e-mail :agustav_3ono@yahoo.com
Aktif di Teater Tubuh Purwokerto, Para Penulis Muda Banyumas (PENA MAS) dan Komunitas HTKP Purwokerto. Mengabdi sebagai GTT di SMP N 1 Mrebet, Purbalingga. Melatih dibeberapa Teater pelajar. Menulis puisi, cerpen, dan naskah drama/teater. Karya-karyanya pernah termuat dibeberapa media massa dan dibuku antologi bersama antara lain Jejak Sajak, Spring Fiesta, Puisi Menolak Korupsi 2, Dari Sragen Memandang Indonesia, Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel, Tifa Nusantara, Balada Seorang Lengger, Iwak Gendruwo, Cindaga, Duka Gaza Duka Kita, Memo Untuk Presiden, Memo Untuk Wakil Rakyat.

Agustav Triono : Kau Datang di Pagi Buta

Agustav Triono

Kau Datang di Pagi Buta

Kau datang di pagi buta
Kau ketukketuk gubuk reyotku
Kau uluk salam senyum mengembang
Kau jabat hangat tanganku
Kau tatap penuh arti mata sayuku
Kau sapu pandang seluruh ruang gubuk kumuhku
Kau mengumbar janji menyulapnya jadi istana
Kau sungguh mulia
Kau tak lupa selipkan amplop bergambar wajahmu
Kau bisikkan pesan rahasia
Kau berpamitan lambaikan tangan
Kau mengesankan aku
Aku tahu awal mula jalanmu
Aku tak silap segala rayumu
Aku kan berpikir ulang memilihmu
Aku membaca matamu yang penuh pengharapan
Aku tak mau kau tiputipu lagi
Aku pun penuh duga kau menebar benih untuk raih yang lebih
Bukan aku tak yakin kali ini namun telah berulang kali bertahun kali kau terus mengalikan anggaran atas nama rakyat sedang nyatanya rakyat terus menderita begini.

9.12.2015

Selasa, 08 Desember 2015

MAIN BERMAIN Wardjito Soeharso.

 Wardjito Soeharso.

MAIN BERMAIN

Bermain api
: terbakar
Bermain air
Bermain pisau
: luka
Bermain kata
: puisi
Bermain lidah
: tak dipercaya
Bermain judi
: rudin
Bermain tali
: terjerat
Bermain mata
: dusta
Bermain gila
: lupa keluarga
Bermain cinta
: duh, indahnya.
2015.

Fitriyanti : KESUNYIAN

Fitriyanti

KESUNYIAN

Ketika ku termenung diri
Tak seorangpun pun menghibur
Hanya suara jangkrik dan katak
Yah...suara jangkrik dan katak yang berkrok-krok
Hingga bintang bertebaran diatas langit
Walau senja telah datang
Sampai fajar telah bersinar
Dialah yang tetap setia
Ya, memang benar
Setia untuk menemani
Walau hari-hariku tetap sendiri
Nan jauh dari ramainya perkotaan
Yang entah sampai kapan kan berakhir
Tapi ku harus tetap tegar
Yah..tegar untuk jalani hidup
Sebagaimana yang sudah ditakdirkan Sang Pencipta

Senin, 07 Desember 2015

Wardjito Soeharso : Mari Bermain

Wardjito Soeharso

MAIN BERMAIN

Bermain api
: terbakar
Bermain air
: basah
Bermain pisau
: luka
Bermain kata
: puisi
Bermain lidah
: tak dipercaya
Bermain judi
: rudin
Bermain tali
: terjerat
Bermain mata
: dusta
Bermain gila
: lupa keluarga
Bermain cinta
: duh, indahnya.
2015

Zaeniboli

Zaeniboli lahir di flores 1982 ,aktif di sastra kalimalang sebagai inventaris karya untuk halaman sastra kalimalang,Sejak 2013 –sekarang  .

Zaeni Boli : Tanggal yang Keliru

Zaeni Boli

Tanggal yang Keliru

Menjadi beling di matamu
Yang tajam dan indah adalah tatapan
Yang kanan dan kiri dalam ingatan adalah senyum
Dena
Bunga mekar
Kembang kuncup
Juga jamur di atas tai kebo
Adalah layang-layang putus dari imajinasi hari sabtu

Aku kembali kepangkuan mimpi
Membawa oleh oleh puisi
November berlalu membawa hujan yang kasmaran
Pada rumput juga pohon ceri

Matamu kini
Di telan Donal

tiga donat terinjak
sepatu putri salju

dan matamu masih setajam sembilu
Dena

dalam tanggal yang keliru


zaeni boli 2015

Ali Syamsudin Arsi

Ali Syamsudin Arsi lahir di Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan. Kini tinggal di kota Banjarbaru, Prov. Kalsel. Pendiri dan Ketua Forum Taman Hati, diskusi sastra dan lingkungan, bersama M. Rifani Djamhari. Pendiri dan Pembina Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru.
Menerbitkan 7 buku ‘Gumam Asa’ yang berjudul: 1. Negeri Benang Pada Sekeping Papan (Tahura Media, Banjarmasin, Januari 2009).  2. Tubuh di Hutan Hutan (Tahura Media, Banjarmasin, Desember 2009). 3. Istana Daun Retak (Framepublishing, Yogyakarta, April 2010). 4. Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, Yogyakarta, Februari 2011). 5. Gumam Desau (Scripta Cendekia, Desember 2013). 6. Cau Cau Cua Cau (2A Dream Publishing, Juni 2014). 7. Jejak Batu Sebelum Cahaya (Framepublishing, Yogyakarta, Oktober 2014).
Menerbitkan buku kumpulan esai tentang Aruh Sastra Kalimantan Selatan (buku kumpulan esai bersama rekan-rekan: HE. Benyamine, Arsyad Indradi, Harie Insani Putra, Farurraji Asmuni, Tajuddin Noor Ganie): 1.Gagasan Besar, himpunan tulisan Aruh Sastra Kalimantan Selatan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, September, 2011). Buku puisi pribadi yang telah diterbitkan: 1. ASA (1986), 2. Seribu Ranting Satu Daun (1987), 3. Tafsir Rindu (1989 dan 2005), 4. Anak Bawang (2004), 5. Bayang-bayang Hilang (2004), 6. Pesan Luka Indonesiaku (2005), 7. Bukit-bukit Retak (2006).
Buku kumpulan puisi bersama, di Kalsel, yaitu: 1. Banjarmasin (1986), 2. Bias Puisi dalam Al-Qur’an (1987), 3. Banjarmasin dalam Puisi (1987), 4. Festival Poeisi se-Kalimantan (1992), 5. Jendela Tanah Air (1995), 6. Tamu Malam (1996), 7. Kesaksian (1998), 8. Wasi (1999), 9. Bahana (2002), 10. Narasi Matahari (2002), 11. Refortase (2004), 12. Dimensi (2005), 13. Taman Banjarbaru (2005), 14. 142 Penyair Menuju Bulan (2006), 15. Seribu Sungai Paris Berantai (2006), 16. Ronce Bunga-bunga Mekar (2007), 17. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), 18. Bertahan di Bukit Akhir (2008), 19. Menyampir Bumi Leluhur (2010), 20. Kambang Rampai, puisi anak banua (2010) 21. Seloka Bisu Batu Benawa (2011), 21. Bentara Bagang (KSI Tanah Bumbu, 2012), 22. Tadarus Rembulan (ASKS, 2013), 23. Membuka Cakrawala Membaca Fitrah Manusia (ASKS 2014), 24. Duri Duri Angin Tebing (2015), 25. Ada Malam Bertabur Bintang (Tadarus Puisi, 2015), 26. Kalimantan Selatan: Menolak untuk Menyerah (Aruh Sastra XII, 2015), 27. Kalimantan, Rinduku yang Abadi.

Ali Syamsudin Arsy : Sungguh Benar-benar Sakarep

udelmu bertumbuhan sayap dari ujung daun telinga hingga bulu-bulu kaki merambat-rambat lesap ke seluruh jenis bulu di seluruh bagian tubuhmu memang sungguh benar-benar sa karep-karep tak terhitung berapa sayap sudah patah kelepak-kelepak oleh ulah sikap menyentak-nyentak sudah sakit miskin menderita tidak merata segila-gila lebih tambah gila sangat gila tak sembuh-sembuh dari gila sangat sungguh sangat gila di langit malam bintang jatuh seharusnya penuh pengharapan ternyata cau cau cua cau kedut di sudut mata bagian kanan atas selayaknya penuh pencerahan ternyata cau cau cua cau gila sungguh-sungguh gila melebihi sebenar-benar pasukan orang gila punya tanah tak mampu berpijak secara benar cau cau cua cau punya bukit hijau tak mampu menafkahkan perut-perut lapar cau cau cua cau mempunyai serba aneka jenis ikan aneka jenis tumbuhan aneka jenis burung aneka jenis batu aneka jenis daun aneka jenis pesona tak mampu berbagi dengan sepenuh rasa peduli benar-benar gila dan cau cau cua cau, penguasa rebahlah

/salam gumam asa, 2015


Budhi Setyawan

Budhi Setyawan, yang akrab dipanggil ’Buset’ dilahirkan di Dusun Kalongan, Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten  Purworejo, Jawa Tengah  pada 9 Agustus 1969. Sekarang bekerja di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan di Jakarta, berkegiatan di Sastra Reboan di Jakarta dan sebagai Ketua Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat media, antara lain di: Bali Post, Suara Merdeka, Republika, Jurnal Nasional, Majalah Horison, GONG, STORY, Jurnal The Sandour, Buletin Jejak, dll. Puisi dalam bahasa jawa (geguritan) dimuat di majalah Damarjati, Panjebar Semangat,  Jayabaya. Puisi-puisinya ada dalam antologi bersama: Kemayaan dan Kenyataan (Fordisastra, 2007), Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI II Pangkalpinang, 2009), Akulah Musi (PPN V, 2011), Sekumpulan Sajak Matajaman (bersama Jumari Hs dan Sosiawan Leak, 2011), Meretas Karya Anak Bangsa (2012), Antologi Puisi Satu Kata Istimewa (2012), Sauk Seloko (PPN VI Jambi 2012), Kepada Bekasi (2013),  Puisi Menetas di Kaki Monas (2014), Saksi Bekasi (2015), dll. Buku antologi puisi tunggal: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006), Sukma Silam (2007). Beberapa kali diundang ke acara Temu Sastrawan Indonesia, Pertemuan Penyair Nusantara, Temu Karya Sastrawan Nusantara, Temu Sastrawan Mitra Praja Utama, Silaturrahim Sastrawan Indonesia, dan lain-lain.

Budhi Setyawan : Menawar

Budhi Setyawan
Menawar

seorang gadis remaja
masuk ke pasar mencari baju pesta
sampailah di sebuah toko pakaian
yang penjaganya seorang bapak
berwajah legam, kumis seperti ulat matahari
dan tatapan mata seruncing duri

setelah mendapatkan baju yang cocok
gadis menawar harga lebih murah
belum ada kesepakatan
namun ia malah ditawar


Minggu, 06 Desember 2015

Wans Sabang



Wans Sabang lahir di Jakarta. Aktif berpuisi di Forum Sastra Bekasi dan mengajar Creative Writing di SD IT Nur Hikmah, Bekasi. Buku Antologi Puisi terbarunya adalah Tifa Nusantara 2 (2015) dan Negeri Langit (DNP 6, 2015).

Wans Sabang : TOILET



TOILET
#1
Malam aku tidur di televisi. Mengunyah bibirmu, dadamu, pahamu, Mencernanya dalam usus besar. Meremukkannya dalam usus halus. Menjadikannya remah remeh kenangan bercampur gas amoniak. Karena pagi telah menunggu rindu liang tubuhmu.

Tiap malam aku tak nyenyak, maka biarkan aku tidur sesaat di liang tubuhmu. Menikmati saat-saat pangeran kecilku menjadi raja. Berkuasa di ruang tiga kali tiga meter. Sebelum hidup begitu bergegas dan sangat tergesa. Seperti pangeran kecilku yang terus berontak meronta, tak betah.

"Pangeran kecilku yang asu, hidup memanglah lautan tapi engkau tak perlu ikut menjadi amuk ombak  yang  mengoyak celana dalamku, merobek celana dalammu, menoreh celana dalam kita."
2015
#2
Tiap pagi aku tetap rindu walau engkau tak menyeduhkan kopi atau teh. Rindu duduk berlama-lama melamun, hingga tertidur diatas liang tubuhmu. Lubang yang selalu menyediakan ruang pembuangan atas segala sejarah, kenangan dan kesia-siaan mungkin juga ketergesahan hari-hari kemarin.

Ketika kupandangi liang tubuhmu, sempat aku berpikir, ternyata rindu tak hanya biru atau ungu bisa juga pink seperti warna liang tubuhmu.
"Ah, andai engkau bisa ku kencani setiap malam, mungkin setiap pagi, aku tak perlu terburu-buru memburumu, merindumu, mencumbumu, toilet!"

Diah Natalia



Diah Natalia lahir di Jakarta, prestasi yang pernah saya raih berjumlah 13 rupa, saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar master demi kehidupan yang lebih layak, gemar menulis menjadi pelampiasan segala suasana hati supaya tidak sableng. Untuk lempar komentar bisa hubungi keterangan diatas.