Jumat, 18 Desember 2015

Dari Beranda Sakkarepmu :Sosiawan Leak DOA PELACUR SEBELUM SENJA

Sosiawan Leak
DOA PELACUR SEBELUM SENJA
gusti,
sebelum masa tua tiba
sebelum aku pensiun dari pekerjaanku yang hina
ijinkan aku meminta.
jangan khawatir jangan curiga
bukan pahala atau surga yang kumau
sebab ku tahu, tak pantas mendapatkannya
memikirkannya pun tak tega
apalagi mengucapkannya.
jangan heran apalagi berburuk sangka
bukan ingin menolak neraka, bebas dari siksa
karna memang ku pantas mendapatkannya
meski takut membayangkannya
apalagi merasakan pedihnya nanti.
gusti,
sebelum senja datang
sebelum hari berganti gelap
ijinkan aku berharap
lewat sisa doaku yang sia-sia
sebab tak ada yang bisa kujadikan tawar-menawar denganmu
selain hidup yang nista
maka kenistaan itu pula yang bakal kupinta.
gusti,
sebelum tiba masa tua
sebelum pensiun dari pekerjaan hina
ijinkan aku menjadi germo di mana saja
lempangkan jalanku untuk membuka pelacuran
di tempat-tempat yang semestinya!
ijinkan aku membuka usaha di kantor pemerintah dan sekolahan
di mana di sana sering tersembunyi perselingkuhan
atas dasar napsu kebinatangan
demi pangkat untuk meraih jabatan
(meski tak ada sk dan pelajaran tentang ‘praktek pelacuran’)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana pegawai dan pejabat
ijinkan aku punya piaraan di perusahaan-perusahaan
di mana di sana persaingan kerap berbekal uang dan wanita
sekretaris dan karyawan acap dijebak melakukan tugas ganda
sebagai pekerja, sekaligus pemuas birahi di sela kesibukan
(meski tak ada kontrak kerja bernama ‘proyek pelacuran’)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana pekerja dan pengusaha
ijinkan aku membuka praktek di rumah ibadah dan kelompok beragama
di mana di sana napsu setan pun diatasnamakan dirimu
selalu ada ayat dan firman yang jadi pembenaran
untuk melakukannya secara terang-terangan
(menyaingi tuntunanmu tentang pelacuran yang kelewat terang)
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana umat dan ahli agama
ijinkan aku mempunyai fraksi di parlemen
di mana di sana pelacuran merajalela meski tak ada partainya
(tak ada satu partai pun bernama ‘partai pelacur indonesia’)
tapi anggotanya kerap lebih bejat perilakunya
mereka menjual diri, melebihi aku menjual diriku
mereka menjual kepentingan, melebihi aku menjual barangku
mereka menjual ideologi dan keyakinan, melebihi aku menjual dagingku
mereka menjual jabatan dan undang-undang, melebihi aku menjual kemaluanku
aku ingin di sana
agar jelas; mana pelacur, mana politikus dan wakil rakyat
gusti,
sebelum senja datang
sebelum hari berganti gelap
ijinkan aku berharap
untuk menjadi pembeda
agar jelas; mana setan, mana manusia
(aku rela menjadi nista agar selalu ada yang mulia!)
pelangi-mojosongo, solo
10 januari 2012